Potrait Photography
Setting Kamera Untuk Potret
Kamera SLR mempunyai banyak fitur,
meskipun hal tersebut sangat baik, tetapi terkadang juga bisa membuat
penggunanya bingung menentukan pilihan setting yang tepat pada saat sesi
pengambilan foto. Berikut adalah fitur pada kamera SLR yang perlu
dipahami ketika mengambil foto potret.
Exposure Mode. Biasakan untuk tidak
menggunakan program Portrait pada kamera. Pilihlah mode Aperture
Priority (Av), yang memungkinkan kita untuk memilih aperture, dan
membiarkan kamera menyesuaikan nilai shutter speed yang tepat secara
otomatis. Kebanyakan foto jenis potret menggunakan apreture yang besar
untuk menghasilkan background yang out-of-focus. Coba gunakan f/5.6
(tergantung focal lenght lensa), karena bisa menghasilkan depth of field
yang bagus serta fokus yang tajam pada wajah (mata, hidung, dan
telinga). Dengan menggunakan Aperture Priority, kita bisa mengoptimalkan
cahaya natural, sehingga kita bisa sekaligus belajar bagaimana cara
memanipulasi cahaya yang tersedia.
ISO. Dalam hal kualitas, semakin rendah
ISO akan lebih baik, jadi sangat direkomendasikan menggunakan ISO 100
atau 200. Memegang kamera SLR (handheld) memang memberikan kita
keleluasaan bergerak, tetapi sangat rentan terhadap goncangan (shake).
Cara paling sederhana mengatasi masalah tersebut adalah menerapkan
aturan berikut: jangan menggunakan shutter speed yang lebih lambat dari
batasan lensa yang digunakan. Kelihatannya sulit, namun sebenarnya mudah
diterapkan. Jika menggunakan lensa dengan focal length 100mm, pastikan
shutter speed yang digunakan di atas 1/100 untuk mengurangi risiko
terjadi shake. Jika menggunakan lensa dengan focal lenght 200mm, maka
gunakan shutter speed yang lebih cepat dari 1/200, mudah kan?
Menaikkan tingkat ISO juga merupakan cara
yang mudah untuk menghindari shake. Namun, hindari penggunaan ISO di
atas 800 karena akan menghasilkan noise yang terlalu banyak. Pada
kondisi pencahayaan yang rendah, gunakan tripod. Dengan demikian kita
bisa menggunakan ISO rendah tanpa menghiraukan shutter speed.
White Balance. Kita harus menyesuaikan
White Balance dengan kondisi pencahayaan. Jika pencahayaannya rumit,
atau kita tidak yakin dengan setting White Balance yang kita pilih, maka
gunakan Auto White Balance (AWB). Jika pengambilan gambar dilakukan
dalam format RAW, kita dapat mengubah White Balance pada saat pasca
produksi. Kadang-kadang setting White Balance yang salah justru
menghasilkan foto yang lebih baik. Misal, setting Cloudy yang digunakan
pada siang hari yang terik dapat menambahkan nuansa hangat pada hasil
foto, sedangkan setting Tungten akan menghasilkan nuansa dingin.
Kualitas Foto. Disarankan untuk mengambil
foto dengan mode RAW, karena kita dapat melakukan koreksi jika terjadi
kesalahan pada White Balance tanpa merusak foto. Jika kamera mempunyai
format RAW + JPEG, gunakan dengan pengaturan JPEG “Small/Basic”.
Sehingga kita bisa meninjau ulang foto yang dihasilkan secara cepat.
Tapi, jika yakin bahwa foto yang akan dihasilkan tidak memerlukan
koreksi Exposure atau White Balance, cukup gunakan format JPEG untuk
hasil yang lebih optimal dan menghemat kapasitas memory card.
Autofocus. Pada kebanyakan foto potret,
mata adalah bagian penting dari subyek untuk selalu mendapatkan fokus
yang tajam. Kebanyakan kamera menggunakan AF multi-point yang memberikan
kita keleluasaan dalam memilih antara AF secara individual atau
membiarkan semua titik AF aktif, ada kemungkinan fokus yang didapatkan
tidak hanya pada mata, tetapi bisa juga hidung yang merupakan bagian
wajah yang paling dekat dengan kamera.
Opsi yang lebih adalah dengan memilih
titik AF tunggal dan menggunakannya untuk mendapatkan fokus pada mata.
Titik pusat AF merupakan sensor paling sensitif, jadi kita bisa
memakainya untuk mengunci AF dengan menempatkan titik AF pada mata
subyek, kemudian menekan tomboh shutter separuh. Saat AF sudah terkunci,
atur komposisi terlebih dahulu sebelum mengambil foto. Cara lainnya
adalah dengan tidak menggunakan titik AF pusat, tetapi titik AF yang
berada di sekitar mata subyek. Dengan demikian pengaturan komposisi
dapat dilakukan dengan cepat. Teknik ini efektif dilakukan jika sesi
pengambilan foto mempunyai komposisi yang hampir seragam. Agar dapat
mengunci AF, pilihlah mode single-shot AF.
Metering. Pengaturan metering Multi-Zone
pada kamera SLR sebenarnya sudah dapat mengekspos potret dengan sempurna
pada kebanyakan kasus. Lakukan beberapa kali pengujian, amati hasilnya,
dan gunakan fasilitas Exposure Compensation untuk menambah atau
mengurangi exposure jika hasilnya terlalu gelap atau terang. Mode
metering Multi-Zone mungkin tidak dapat bekerja dengan baik jika subyek
mempunyai kulit yang sangat terang atau gelap, atau sedang mengenakan
pakaian yang sangat terang atau gelap. Dalam situasi tersebut, gunakan
Exposure Compensation, atau memilih metering mode Spot dan menggunakan
tombol AE-L (Auto Exposure-Lock) untuk membaca mid-tone dari suatu kondisi atau dari gray card 18% yang diletakkan dekat dengan subyek.
Contoh Hasil:
No comments:
Post a Comment